Dinas Sosial Mantapkan Jiwa Lewat Imtaq

Mataram-Dinas Sosial Provinsi NTB menggelar imtaq Jum’at di Masjid Assa’adah Dinas Sosial Provinsi NTB. Hadir penceramah Ustadz Johan Saputra Halim. Berikut isi ceramah Ustad Johan Saputra Halim.

Islam & Problematika Sosial
========

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillaah, waba’du.

Perubahan ke arah yang positif tidak akan terjadi, kecuali jika kita melakukan perubahan pada diri kita masing-masing terlebih dahulu, tidak terkecuali perubahan sosial ke arah yang lebih baik.

Para Nabi dan Rasul, selain mengemban tugas sebagai murabbi (pendidik ummat), mereka juga melakukan misi-misi sosial yang mulia, dan berusaha melakukan perubahan sosial di tengah masyarakat ke arah yang positif. Maka menjadi petugas dan aparat di bidang sosial, sejatinya adalah petugas yang meneruskan kerja para Nabi dan Rasul, ia adalah ibadah tersendiri yang bernilai besar di sisi Allah, asalkan tugas-tugas sosial tersebut dijalankan dengan ikhlas karena Allah dan diniatkan sebagai bentuk taqarrub (pendekatan) diri-Nya.

Intinya, kita harus mulai melakukan perubahan pada diri kita terlebih dahulu, baru kemudian Allah akan menolong kita untuk mewujudkan perubahan yang besar dan indah bagi keluarga dan masyarakat kita. Allah telah menjanjikan dalam firman-Nya:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍۢ سُوٓءًۭا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. [QS. ar-Ra’d: 11]

Jajaran Dinas Sosial Provinsi NTB yang ikut dalam imtaq.

Sebaliknya nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya pada suatu negeri, bisa dicabut dan diganti dengan azab, gara-gara perubahan sosial yang terjadi justru negatif, jatuh menuju perubahan yang dimurkai oleh Allah. Sebagaimana firman Allah:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًۭا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌۭ

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (ke arah yang negatif), dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. al-Anfal: 53]

Ayat ini Allah letakkan di dalam al-Qur’an setelah Dia menjelaskan tentang kehancuran dinasti fir’aun setelah dianugerahi nikmat kemakmuran dan peradaban yang hebat selama ribuan tahun. Karena terjadi perubahan sosial di tengah mereka ke arah yang dimurkai oleh Allah.

كَدَأْبِ ءَالِ فِرْعَوْنَ ۙ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ فَأَخَذَهُمُ ٱللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّۭ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya. [Surat al-Anfal: ayat 52]

Staf Dinas Sosial Provinsi NTB khusyuk mendengarkan ceramah.

Jadi perubahan sosial harus terus berjalan ke arah yang positif, yaitu ke arah yang diridhai oleh Allah. Jika perubahan tersebut justru ke arah yang negatif, yang dimurkai oleh Allah, maka segala macam nikmat dan kemajuan peradaban akan dicabut oleh Allah untuk kemudian digantikan dengan kesengsaraan dan kemunduran di berbagai bidang kehidupan.

Bagaimana Rasulullah ﷺ Melakukan Perubahan Sosial…??

Yang beliau lakukan adalah proses pendidikan dan pembinaan; tarbiyah keimanan kepada Allah serta mengupayakan perubahan menuju akhlak dan karakter-karakter yang mulia. Kita tahu masalah terbesar sektor sosial saat ini di antaranya adalah kemiskinan, ketelantaran, dan ketuna sosialan. Kita ambil satu contoh yaitu kemiskinan. Yang Rasulullah ﷺ lakukan pertama kali dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah menanamkan aqidah Islamiyyah yang bersumber dari al-Qur’an, bahwa rizki itu di tangan Allah sepenuhnya. Tak ada campur tangan makhluk di dalamnya kecuali hanya sebatas perantara sampainya rizki Allah kepada yang dikehendaki-Nya. Rasulullah mengajarkan ayat berikut ini, sekaligus menanamkan makna dan keberkahannya di hati keluarga dan sahabat-sahabat beliau.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ ) هود/6

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” [QS. Hud: 6]

Dari sini akan tumbuh sikap mental yang kuat, percaya diri, tidak pesimis dengan keterbatasan yang ada, akan tumbuh sifat sabar, mental juang tidak putus asa, dan tidak bergantung pada orang kecuali hanya kepada Allah saja. Karena dia yakin rizkinya ada di tangan Allah, maka harus diminta dan diharap dari Allah saja. Sehingga dia akan menjelma menjadi insan yang tidak sudi menjadi beban bagi orang lain. Sifat ini saja, jika terwujud di masyarakat muslim kita, bisa membantu mengentaskan banyak permasalahan-permasalah sosial di akar rumput. Bahkan bisa menghemat banyak APBN.

***

Dalam aplikasi hukum syariat secara riil, Islam mensyariatkan; zakat, infaq, denda kafarat, kurban, waqaf, wasiat, dll. Ini semua upaya Islam untuk menuntaskan kemiskinan secara sistematis. Islam mengharamkan; riba, penipuan, pencurian, penimbunan barang kebutuhan publik, judi, dll. Ini semua untuk mencegah pemiskinan. Kalau kita bahas satu per satu, ini bakal panjang. Jadi saya ambil satu contoh sederhana:

Dalam rangka menumbuhkan semangat sosial berinfak dan berkorban membantu orang-orang yang membutuhkan, Rasulullah ﷺ sangat mewanti-wanti keluarga dan para sahabatnya dari sifat pelit dan bakhil. Allah dan Rasulullah sangat membenci sifat ini. Rasulullah ﷺ berlindung dari sifat pelit. Orang yang pelit itu tersiksa. Apalagi jika sudah sampai tingkatan pelit terhadap diri sendiri. Dia tersiksa dunia akhirat. Di dunia tersiksa tidak bisa menikmati nikmat Allah, setelah mati malah hartanya akan jadi milik orang lain setelah lelah letih dikumpulkan, yang lebih apes lagi nanti di akhirat akan berat dan lama hisabnya, kecil kemungkinan ia akan selamat dari pengadilan Allah.

Coba bayangkan jika sifat pelit ini hilang dari semua umat Islam NTB. Mereka jadi dermawan semua dengan kadar kemampuan mereka masing-masing. Kira-kira perubahan apa yang akan terjadi di NTB? Perubahan yang sangat dahsyat tentunya.

***

Termasuk problematika sosial yang terbesar saat ini adalah; masalah kenakalan remaja. Penyebab utamanya adalah tidak adanya kasih sayang dalam keluarga si anak. Ini diakui oleh semua pakar. Nah, Rasulullah ﷺ sangat menanamkan pendidikan kasih sayang pada anak sejak dini.

قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ: إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati” (al-Bukhari no. 5997 dan Muslim no. 2318)

Di antara ajaran Rasulullah ﷺ untuk mengentaskan masalah sosial terkait ketelantaran adalah; menyantuni anak yatim. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا – وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى-

“Saya dan para penyantun anak yatim, kelak di surga (akan berdekatan) seperti ini – beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya-.” [al-Bukhari no. 4998, Muslim: 2983]

Termasuk juga menolong para janda;

السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ .

“Orang yang berusaha membantu janda dan orang-orang miskin, laksana mujahid di jalan Allah yang senantiasa shalat malam dan berpuasa di siang hari.” [al-Bukhari: 5038, Muslim: 2982]

Termasuk juga, membangun kesalehan pribadi, ini akan mendatangkan keberkahan bagi anak keturunan. Allah berfirman:

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu” (QS Al-Kahfi : 82)

Konon berdasarkan apa yang dituliskan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah (1/348), yang disebut “ayah” dalam ayat di atas adalah kakek ke-7, ada pakar yang mengatakan kakek ke-10. Alhasil, orang tua saleh dan bertakwa pada Allah, akan dijaga dan diberkahi anak keturunannya. Demikian kesimpulan Ibnu Katsir.

2 thoughts on “Dinas Sosial Mantapkan Jiwa Lewat Imtaq”

  1. Menghadapi perunahan dimasa yang akan datang harus ada pemikiran untuk merubah para dikma tentang cara pandang fungsi pekerjaan sosial, kedepannya kita bisa mengembangkan yang namanya peksos religius, jadi sudah jelas tugas dan fungsinya dalam menangani permasalahan sosial yang ada, guna meminimalisir perubahan- perubahan yang dampaknya negatif, contoh kecilnya, saya pernah mengusulkan pada pembimbing saya saat di menempuh pendidikan pasca sarjana di STKS bandung, bahwa perlu ada peksos religius untuk menangani khusus orang yang terkena bencana, sasaran khususnya bagi korban yang tidak sanggup menghadapi perubahan dengan melakukan pendekatan secara agama, banyak masyarakat yang menjadi depresi ketika tidak bisa menyikapi perubahan perubahan yang di alaminya, baik diakibatkan oleh bencana atau peeubahan lingkungan sosial lainnya, harapan dengan pendekatan agama ini masyarakat memahami bahwa hisup ini ada yang mengatur, manusia bisa merencanakan seribu rencana tapi tuhan lah yang menentukan mana yang iya kehendaki..saya mengajak diri saya dan pembaca yang ada disitus ini, untuk hidup berguna bagi orang lain, insya allah kita berharap ada safaat yang kita dapatkan diakhirat nanti…aminnn..aminnn.YRA.

Tinggalkan Balasan ke Nabawi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *