Kota Bima – Pembukaan Pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB) Rabu (12/07/2017) oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, H.Ahsanul Khalik, dalam kesempatan ini pada sambutannya di kelurahan Paruga Kecamatan Rasa Na’e Barat Kota Bima menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki makna strategis untuk dapat mewujudkan kesiap siagaan dan kewaspadaan masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya berbagai kemungkinan bencana yang bisa saja terjadi tanpa kita mengetahui kapan datangnya.
Khalik mengatakan secara umum Kota Bima memiliki potensi Bencana seperti Banjir Bandang yang terjadi di akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 lalu, dan hal itu menjadi pelajaran bagi kita semua.
Lebih lanjut Khalik menghimbau pentingnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana, sehingga dengan dibentuknya KSB di kelurahan paruga ini bisa membangkitkan dan menjadi wadah untuk membangkitkan partisipasi masyarakat yang nantinya dengan mandiri bisa melakukan pemetaan wilayah rawan bencana dan memahami jenis-jenis bencana yang bisa terjadi.
Kepala Dinas Sosial NTB H. Ahsanul Khalik, S.sos saat menyampaikan sambutan
Untuk itu sambungnya maka dalam setiap bencana pun perlu masyarakat mengatasinya dengan pola mengkombinasikan peran serta tersebut melalui pengamalan kearifan lokal yang berlaku dalam masyarakat, tentu kearifan-kearifan yang berkaitan dengan penanganan dalam kondisi pra, saat dan pasca bencana.
Menurutnya kearifan lokal sangat penting dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat oleh karena itu kearifan-kearifan yang dulu digunakan para leluhur kita bisa dihidupkan kembali harapnya.
Salah Satu kearifan lokal yang dicontohkan oleh khalik seperti kearifan lokal “Ampa Pare di Oma Jompa” artinya menyimpan padi pada lumbung, nilai yang terkandung didalamnya adalah bentuk kesiap siagaan masyarakat dalam menghadapi, baik musim paceklik maupun menghadapi bencana, dan ritual ampa pare ini selalu dilakukan secara bergotong royong, model seperti inilah dalam kesiap siagaan bencana oleh masyarakat juga perlu dikembangkan urainya.
Pada kesempatan ini diceritakan juga bagaimana kondisi masyarakat kota bima dalam berpartisipasi ketika membantu membersihkan bekas bencana banjir yang terjadi pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 yang lalu, banyak hal yang harus diperbaiki terutama keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan tersebut, dengan pengalaman tersebut khalik mengatakan bahwa perlu adanya dorongan dari pihak- pihak terkait untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang dinilai masih kurang.
Peserta Penyluhan pembentukan KSB
Harapan kita kepada kampung siaga bencana yang dibentuk ini bisa menjadi garda terdepan dalam penanganan bencana guna mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri sebab masyarakat yang pertama dan lebih tahu kondisi lingkungannya, masyarakat tidak tergantung pada aparat saja,
sebab aparat juga membutuhkan waktu untuk melakukan pertolongan dan termobilisasi ke lokasi bencana. Oleh karena itu masyarakat diharapkan bisa mandiri setelah menerima penyuluhan tentang kampung siaga bencana serta mengikuti dengan seksama dengan baik materi- materi yang disampaikan dalam kegiatan ini.
Khalik juga kembali menceritakan pengalamannya dalam mendistribusikan bantuan yang kurang baik yang menurut beliau ada yang salah pada manajemen pendistribusian logistik yang dilakukan, adanya KSB ini kedepannya ketika pendistribusian logistik cukup melalui KSB dan jelas pertanggung jawabannya.
KSB akan dibekali dengan lumbung sosial yang berisi logistik untuk penanganan bencana, dan logistik yang ada pada gudang milik Dinas Sosial Provinsi NTB bisa mengisi lumbung sosial pada KSB kelurahan paruga ini.
Hal ini sekaligus merupakan bentuk dukungan pemerintah Provinsi NTB dalam membantu masyarakat dalam kesiap siagaan menghadapi bencana.

Pada akhir sambutannya khalik mengingatkan pada moto yang dimiliki oleh orang bima seperti maja labo dahu yang artinya malu pada orang lain maupun pada diri sendiri dan takut pada maha pencipta, malu dan takut untuk melanggar ketaatan kepada maha pencipta, ditambah dengan bima terkenal dengan dana mbari yang artinya wilayah yang penuh keramat dan tanah yang beracun tetapi khalik mengartikan kalimat tersebut menurut bahasa Al-Qur’an yang berarti tanah yang penuh dengan berkah, dengan itu khalik mengajak masyarakat untuk mencintai dan menjaga tanah yang penuh dengan berkah ini dengan berbagai kebaikan, pungkasnya.