Oleh
H. Ahsanul Khalik
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB
Indonesia… Negeri yang kayamengundang pesona. Makmur gemahripah loh jinawi. Tetamu tak diundangdari negeri dan bangsa seberang jauhdi sana mendengar kabar itu. Konon, dalam riwayat yang turun-temurundikisahkan, ada negeri nun jauh diTimur yang memendam kekayaanalam yang berlimpah ruah. Merekaawalnya datang dan singgah hanyasebagai pedagang. Masyarakat pun takayal menyambutnya dengan segalakeramahan karena bagi mereka tamuadalah raja tanpa menyadari bahwamereka datang dengan niat jahat: menguasai dan menjajah Indonesia yang dulunya adalah negeri para raja dan sultan. Sistem adu-domba merekapasang sebagai azimat. Indonesia pun dikuasai. Tunduk dalam sistemkolonialisme. Ratusan tahun lamanyanegeri yang subur ini hidup dalampasungan penderitaan.
Kegelisahan melandamenumbuhkan kobaran perlawanan disudut-sudut negeri: bangkit dan sadarmelawan penjajahan. Sumatera bergelora, Jawa terbakar, Maluku bergetar, Sulawesi membara, pun Nusa Tenggara tak sepi dari percikan apiperjuangan yang melahirkan parapejuang hebat yang sekarang dikenangsebagai Pahlawan Nasional. Nusantara, Indonesia Raya adalahtanah tumpah darah yang menghadirkan para pejuang itu. Tapisatu pertanyaan sederhana menyeruak: “Ada apa dengan NTB, kenapa takkunjung jua menghadirkan PahlawanNasional yang pantas dikenang jasa-jasanya?”
Pertanyaan sederhana yang memunculkan harapan, untuk tidakmengatakan desakkan agar setidaknyaada figur yang patut dikenang danditeladani jasa dan kontribusinya untukbangsa ini karena semangatperjuangan pun tak kalah hebatnyadari NTB dalam melawan praktikkedholiman penjajahan. Tokohmasyarakat, tokoh agama, organisasisosial-agama-budaya, akademisipelbagai lembaga pendidikan, LSM, dan lain sebagainya, sampai padakesimpulan bahwa TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjidadalah salah satu putra terbaik NTB yang sepatutnya layak mendapatkanapresiasi dari negara untuk ditahbiskansebagai “Pahlawan Nasional”.
Jasanya terlalu nampak untukmasyarakat NTB, Lombok khususnya, sejak kepulangannya tahun 1934 daririhlah intelektual di Mekah. Dari ‘Lembah’ al-Mujahidin KampungBermi Pancor, tetirah perjalanannyadimulai: menjadi suluh bagimasyarakat yang masih awam tentangagama (Islam). Tuan Guru Bajang, demikian masyarakat menyematkantanda penghormatan atas kealimanilmu agamanya. Perjalananmenyalakan api pengetahuan belumlahsepenuhnya dimulai hatta digenapkanoleh Maulanasyaikh, panggilan penuhcinta dari para muridnya, denganmendirikan lembaga pendidikanMadrasah Nahdlatul Wathan DiniyahIslamiyah (NWDI) namanya padabulan Agustus tahun 1937.
Nahdlah yang berarti perjuanganatau bangkit; wathan yang berarti bangsa, tanah air; ingin menegaskankemesraan antara Keislaman danNasionalisme-Kebangsaan yang tumbuh dan ditumbuhkan olehHamzanwadi, nama pena TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjidsebagai penyair. Delapan tahunberikutnya di bulan yang sama,‘Indonesia Ada’ sebagai ‘Negara Merdeka’. Ini artinya semangat CintaTanah Air TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid telahmendahului lahirnya Republik ini. Pun pada tanggal 21 April 1943, menginisiasi lahirnya pergerakangerakan pendidikan khususperempuan, Nahdlatul Banat DiniyahIslamiyah (NBDI) namanya, hari yang kini dikenal sebagai Hari Kartini: harimunculnya semangat pemikiran akankesetaraan hak perempuan untukmendapatkan pendidikan. Adakahsemua ini kebetulan? Orang arif selalumampu membaca tanda-tanda zamandan melampaui batas dimensi. Alamatitu dibaca oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Tak hanya pergerakan kesadarankultural sosial semata yang ditokohioleh Maulanasyaikh karena ia pun adalah aktor utama yang menyusunsiasat dan strategi kultural melawanrezim kolonial Belanda. Dalamrangkaian bait syairnya, Ya Fata Sasak, yang ia rangkai di tahun 1934, gauman melawan Belanda telah iabenamkan: komitmen kesetiaan akanIndonesia.
Tak hanya pergerakan kesadarankultural-sosial semata yang ditokohioleh Maulanasyaikh karena ia pun adalah aktor utama yang menyusunsiasat dan strategi kultural melawanrezim kolonial Belanda. Dalamrangkaian bait syairnya, Ya Fata Sasak, yang ia rangkai di tahun 1934, gauman melawan Belanda telah iabenamkan: komitmen kesetiaan akanIndonesia.
Ya Fata Sasak
Hayya Ghanu Nasyidana
Ya Fata Sasak bi Indonesia
Ballighil ayyyama wallayaaliya
Nahnu Ikhwanusshofa
Kulluna alal wafa
Fastaiz bihizbina yahya…
Ketika Belanda hadir kembalipaska Proklamasi tanggal 17 Agustus1945. Darahnya mendidih. Laskar al-Mujahidin yang merupakan himpunanpara pejuang dari jama’ah/santri iabentuk: berdiri di barisan terdepanmenghadang penjajah Belanda. Adiknya yang tercinta, TGH.Muhammad Faisal, syahid sebagaisyuhada’ dalam penyerangan padatanggal 7-8 Juni 1946, dan sebagianlainnya ditangkap, dibuang, dandipenjara. Nahdlatul Wathan pun takpelak ditandai dengan noda hitam: ditutup.
Madrasah NWDI dan NBDI pun tiarap dan senyap karena kerapkalidicurigai sebagai basis perjuanganyang menggerakan perlawananterhadap penjajah Belanda. Namunmelalui upaya diplomasi, MadrasahNWDI dan NBDI diizinkan untukberoperasi kembali dengan tetapmengajarkan bahasa Arab danMaulanasyaikh menitipkan semangatnasionalisme di dalamnya sehinggaalpa dari pemahaman PemerintahHindia Belanda. Dalam bait syair“Wasiat Renungan Masa” mengajarkankita semua akan semangat itu.
44
Negara kita berpancasila
Berketuhanan Yang MahaEsa
Ummat Islam paling setia
Tegakkan sila yang paling utama
68
Hidupkan iman hidupkantaqwa
Agar hiduplah semua jiwa
Cinta teguh pada agama
Cinta kokoh pada negara
Demikianlah Nahdlatul Wathan(NW) dengan tokoh sentralnya TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjidselalu hadir sebagai pembawa oborperjuangan melalui jalur pendidikan.Tanpanya, boleh jadi masyarakatLombok akan menjadi buih dalamkebodohan dan akan tertidur lama dalam lorong sunyi kejahilanpengetahuan. Keberadaannya pun adalah ancaman bagi Belanda akankepalan jihad fisabilillah yang sewaktu-waktu ia gelorakan.
Paska kemerdekaan dan lepassepenuhnya dari penjajahan, tahun1953, TGKH. Muhammad ZainuddinAbdul Madjid meresmikan NahdlatulWathan sebagai organisasi sosialkeagamaan dan menjadi bagian dariPartai Masyumi yang merupakanpartai yang menghimpun organisasimassa keislaman saat itu hatta terpilihsebagai anggota Konstituante hasilPemilu Tahun 1955.
Tak hanya Itu, Hamzanwadi adalah lakon utama di tumbuhnya ormas berbasis Islam: Persatuan Umat Islam Lombok (PUIL), Perti, NU, al-Washliyah, dan pelbagai organisasi lainnya memperlihatkan inklusivitas dirinya yang tak menutup diri sekaligus menunjukkan fleksibilitas dan keberterimaan dirinya yang luar biasa oleh banyak orang dan ragam kelompok tanpa bermaksud menafikan sebagian kecil suara sumbang yang tak nyaman akan kehadiran Hamzanwadi yang terlalu idealis dalam menjaga nilai-nilai moralitas. Pijakannya jelas: agama (Islam) adalah sumber nilai yang tak boleh ditepikan dalam laku-praksis apapun. Baginya, pilihan berjihad-berdakwah hanya soal nama, tapi bahwa medannya tidaklah sempit. Karenanya, setiap ijtihad-ikhtiar gerakan kultural-sosial-politik Maulanasyaikh adalah ekspresi dari keluasan makna substansial jihad: jihad sosial-kultural paska berkesudahannya praktik kolonialisme.
Paska runtuhnya Orde Lama yangditandai dengan munculnya OrdeBaru, TGKH. Muhammad ZainuddinAbdul Madjid tak kurangkontribusinya. Ia hadir dalam pentaspolitik sebagai Anggota MPR UtusanDaerah juga penasihat MUI Pusat, danjuga tokoh gerakan pembangunismeOrde Baru lokal dalam banyak bidang: pertanian dan kesehatan, di sampingdakwah melalui jalur pendidikan danmendatangi langsung jama’ahnyaadalah pilihan utamanya sampai‘waktu itu tiba memanggilnya’ padatahun 1997.
Tuan Guru Pancor, panggilan penuh ta’zim dari jama’ahnya, telah mewakafkan dirinya untuk umat. Melayani umat untuk menutupi dahaga spiritualitas mereka dengan menuangkan pemahaman dan laku sosial yang nyata. Kehadirannya tak ubahnya bintang di tengah kesepian umat yang merindu akan ceguk kearifan. Mendatangi umat adalah kebahagiaannya tak ubahnya air mendatangi sumur dan membiarkan mereka menimba kearifan. Ia adalah sumber mata air kejernihan bagi masyarakat Lombok dalam bentangan usianya yang panjang.
Jasa dan kontribusi TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjidterlalu jelas bagi bangsa ini. Pikirandan hati masyarakat NTB, dan jugalainnya di mana organisasi NahdlatulWathan telah menyebar hampir keseluruh provinsi dan daerah diIndonesia, beliau adalah “Pahlawan” karena komitmen, konsistensi, dankesetiaannya dalam mewadahiperjuangan umat serta merawatsembari meneguhkan pertautan antarakeislaman dan cita rasa kebangsaan.Wallahu a’lam bishawab…
Tak hanya Itu, Hamzanwadi adalah lakon utama di tumbuhnya ormas berbasis Islam: Persatuan Umat Islam Lombok (PUIL), Perti, NU, al-Washliyah, dan pelbagai organisasi lainnya memperlihatkan inklusivitas dirinya yang tak menutup diri sekaligus menunjukkan fleksibilitas dan keberterimaan dirinya yang luar biasa oleh banyak orang dan ragam kelompok tanpa bermaksud menafikan sebagian kecil suara sumbang yang tak nyaman akan kehadiran Hamzanwadi yang terlalu idealis dalam menjaga nilai-nilai moralitas. Pijakannya jelas: agama (Islam) adalah sumber nilai yang tak boleh ditepikan dalam laku-praksis apapun. Baginya, pilihan berjihad-berdakwah hanya soal nama, tapi bahwa medannya tidaklah sempit. Karenanya, setiap ijtihad-ikhtiar gerakan kultural-sosial-politik Maulanasyaikh adalah ekspresi dari keluasan makna substansial jihad: jihad sosial-kultural paska berkesudahannya praktik kolonialisme.
Tak hanya Itu, Hamzanwadi adalah lakon utama di tumbuhnya ormas berbasis Islam: Persatuan Umat Islam Lombok (PUIL), Perti, NU, al-Washliyah, dan pelbagai organisasi lainnya memperlihatkan inklusivitas dirinya yang tak menutup diri sekaligus menunjukkan fleksibilitas dan keberterimaan dirinya yang luar biasa oleh banyak orang dan ragam kelompok tanpa bermaksud menafikan sebagian kecil suara sumbang yang tak nyaman akan kehadiran Hamzanwadi yang terlalu idealis dalam menjaga nilai-nilai moralitas. Pijakannya jelas: agama (Islam) adalah sumber nilai yang tak boleh ditepikan dalam laku-praksis apapun. Baginya, pilihan berjihad-berdakwah hanya soal nama, tapi bahwa medannya tidaklah sempit. Karenanya, setiap ijtihad-ikhtiar gerakan kultural-sosial-politik Maulanasyaikh adalah ekspresi dari keluasan makna substansial jihad: jihad sosial-kultural paska berkesudahannya praktik kolonialisme.
Paska runtuhnya Orde Lama yangditandai dengan munculnya OrdeBaru, TGKH. Muhammad ZainuddinAbdul Madjid tak kurangkontribusinya. Ia hadir dalam pentaspolitik sebagai Anggota MPR UtusanDaerah juga penasihat MUI Pusat, danjuga tokoh gerakan pembangunismeOrde Baru lokal dalam banyak bidang: pertanian dan kesehatan, di sampingdakwah melalui jalur pendidikan danmendatangi langsung jama’ahnyaadalah pilihan utamanya sampai‘waktu itu tiba memanggilnya’ padatahun 1997.
Paska runtuhnya Orde Lama yangditandai dengan munculnya OrdeBaru, TGKH. Muhammad ZainuddinAbdul Madjid tak kurangkontribusinya. Ia hadir dalam pentaspolitik sebagai Anggota MPR UtusanDaerah juga penasihat MUI Pusat, danjuga tokoh gerakan pembangunismeOrde Baru lokal dalam banyak bidang: pertanian dan kesehatan, di sampingdakwah melalui jalur pendidikan danmendatangi langsung jama’ahnyaadalah pilihan utamanya sampai‘waktu itu tiba memanggilnya’ padatahun 1997.
Tuan Guru Pancor, panggilan penuh ta’zim dari jama’ahnya, telah mewakafkan dirinya untuk umat. Melayani umat untuk menutupi dahaga spiritualitas mereka dengan menuangkan pemahaman dan laku sosial yang nyata. Kehadirannya tak ubahnya bintang di tengah kesepian umat yang merindu akan ceguk kearifan. Mendatangi umat adalah kebahagiaannya tak ubahnya air mendatangi sumur dan membiarkan mereka menimba kearifan. Ia adalah sumber mata air kejernihan bagi masyarakat Lombok dalam bentangan usianya yang panjang.
Jasa dan kontribusi TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjidterlalu jelas bagi bangsa ini. Pikirandan hati masyarakat NTB, dan jugalainnya di mana organisasi NahdlatulWathan telah menyebar hampir keseluruh provinsi dan daerah diIndonesia, beliau adalah “Pahlawan” karena komitmen, konsistensi, dankesetiaannya dalam mewadahiperjuangan umat serta merawatsembari meneguhkan pertautan antarakeislaman dan cita rasa kebangsaan.Wallahu a’lam bishawab…
Semoga perjuangan beliau dapat diteruskan oleh generasi yang akan datang sehingga suasana islami tetap terpancar di ntb lebih khususnya di pulau yang dijuluki, pulau seribu masjid..jaya lambok, jayalah ntb ku.